Senin, 02 Januari 2012

PROSPEK TANAMAN PERKEBUNAN KARET DI INDONESIA

A. -   Sejarah karet
Tanaman karet pertama kalidikenal di daratan Eropa, Istilah rubber pada tanaman karet dikenal setelah seorang ahli kimia dari Inggris (1770) mengatakan bahwa karet dapat untuk menghapus tulisan yang ditulisakan dengan pensil, kemudian masyarakat Inggris mengenalnya dengan istilah rubber atau dengan kata lain menghapus atau penghapus.
Pada awal abad ke – 19 , seorang ilmuwan bernama Charles Macintosh dari Negara skotlandia dan Thomas Hancock meneliti olahan karet dengan tupentin atau bahan pelarut,dan hasilnya karet di musim dingin akan keras dan di musim panas akan lengket dan setelah itu Charles Goodyear pada tahun 1838 menemukan bahwa karet dengan dicampur belerang dan dipanaskan akan elastic dan tidak terpengaruh oleh cuaca dan itulah awal mula industri karet.

Menidaklanjuti apa yang disampaikan Charles Marie de la Condamine dan Francois Fresneau dari Perancis bahwa ada beberapa jenis tanaman yang dapat menghasilkan lateks atau karet, kemudian Sir Clement R. Markham bersama Sir Joseph Dalton Hooker berusaha membudidayakan beberapa jenis pohon karet tesebut. Hevea brasiliensis merupakan jenis pohon karet yang memiliki prospek bagus untuk dikembangkan dibanding jenis karet yang lainnya.
Di Indonesia tanaman karet dikenalkan oleh Hofland pada tahun 1864, awalnya ditanam dikebun raya bogor sebagai tanaman koleksidan sampai perang dunia ke II sampai tahun 1957 Indonesia adalah Negara penghasil karet terbesar di dunia tetapi mutu produksi karetnya masih rendah dan itu membuat harga jualnya rendah pula di pasaran.
B.      Produksi karet di Indonesia
Meskipun demikian komoditas karet masih berpengaruh besar terhadap perekonomian negara. Karet mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa negara. Pendapatan devisa dari komoditi ini pada tahun 2004 mencapai US$ 2.25 milyar, yang merupakan 5% dari pendapatan devisa non-migas. Ekspor Karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari 1 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1,3 juta ton pada tahun 1995, dan 1,9 juta ton pada tahun 2004. Sedangkan pada tahun 2020 diperkirakan produksi mencapai 3,5 juta ton, dan tahun 2035 mencapai 5,1 juta ton.
Saat ini meroketnya harga minyak bumi sebagai bahan baku karet sintetis akan membuat industri karet alami kembali dilirik, dan kedepan kebutuhan karet akan meningkat tetapi masalahnya produksi karet Indonesia saat inimasih rendah yaitu sepertiga produksi Thailand
Untuk itu perlu suatu tindakan untuk mendongkrak produksi karet dengan cara:
1.      Melakukan gerakan nasional menanam karet selain replanting untuk penggantian tanaman karet yang sudah kurang produktif.
2.      Penggantian dengan bibit – bibit unggulan dan dikelola dengan baik dan benar.
3.      Melakukan progam pendidikan bagi para petani karet di seluruh Indonesia.